Pengantar dari penerjemah
Pelajaran tauhid merupakan pelajaran yang harus senantiasa diulang-ulang. Tidak boleh bagi kita merasa sudah paham karena sudah pernah sekali atau dua kali belajar, lalu tidak pernah mengulang kembali. Di antara metode yang dapat digunakan untuk mengulang-ulang pelajaran tauhid adalah senantiasa mendengarkan dan menyimak ceramah atau tulisan yang berkaitan dengan tauhid yang disampaikan oleh para ulama.
Inilah yang memotivasi kami untuk menerjemahkan salah satu ceramah Syaikh Shalih bin ‘Abdul ‘Aziz Alu Syaikh hafidzahullahu Ta’ala yang berjudul “Fadhlu Tauhiid wa Takfiiruhu li Dzunuub” (Keutamaan tauhid dan bahwa tauhid tersebut dapat menyebabkan terampuninya dosa-dosa), dengan sedikit perubahan seperlunya. Kami tambahan sub-judul untuk memudahkan pembaca menyimak isi ceramah beliau. Semoga usaha kami ini dapat bermanfaat bagi kaum muslimin.
Syaikh Shalih bin ‘Abdul ‘Aziz Alu Syaikh hafidzahullahu Ta’ala berkata:
Pendahuluan
Segala puji bagi Allah Ta’ala, Rabb semesta alam. Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah melainkan Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba Allah dan Rasul-Nya, serta kekasih-Nya. Kami bersaksi bahwa beliau telah menyampaikan risalah, menunaikan amanat, menasihati umat, dan berjihad di jalan Allah dengan sebenar-benarnya, sehingga meninggalkan kita di atas cahaya yang terang benderang, malamnya seperti siangnya. Tidak ada yang menyimpang setelah wafatnya beliau, kecuali akan celaka.
Ya Allah, shalawat dan salam semoga tercurah kepada hamba dan utusan-Mu, Muhammad, serta kepada keluarga, shahabatnya, dan orang-orang yang mengambil petunjuk mereka sampai hari kiamat. Amma ba’du.
Aku memohon kepada Allah Ta’ala untuk menjadikan aku dan kalian termasuk orang-orang yang apabila diberi kenikmatan, maka bersyukur. Apabila diberi ujian, maka bersabar. Apabila berbuat dosa, maka memohon ampun. Sebagaimana aku memohon kepada Allah untuk mengaruniakan kepada kita taufiq agar dapat mewujudkan (merealisasikan) tauhid, mengamalkannya, menyempurnakannya, dan membersihkannya dari hal-hal yang dapat mengurangi atau menodai kesempurnaannya. Sesungguhnya Allah Ta’ala adalah penolong bagi orang-orang yang shalih.
Pentingnya mempelajari tauhid
Tidak diragukan lagi bahwa pertemuan ilmiah ini -yang bertema “tauhid”– merupakan pertemuan yang penting, bahkan yang paling penting. Karena di dalamnya terdapat penjelasan tentang dasar paling pokok, yaitu hak Allah Ta’ala atas hamba-Nya. Hak Allah Ta’ala atas hamba-Nya tersebut adalah mentauhidkan-Nya, ikhlas kepada-Nya, berserah diri, dan beramal karena Allah Ta’ala tanpa menyekutukan-Nya dengan yang selain-Nya. Allah Ta’ala menciptakan langit dan bumi serta penghuninya yang dibebani syariat, semuanya itu agar mentauhidkan Allah Ta’ala.
Allah Ta’ala berfirman,
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ ؛ مَا أُرِيدُ مِنْهُمْ مِنْ رِزْقٍ وَمَا أُرِيدُ أَنْ يُطْعِمُونِ ؛ إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ
”Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. Aku tidak menghendaki rizki sedikit pun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi Aku makan. Sesungguhnya Allah, Dia-lah Maha Pemberi Rizki, Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh.” (QS. Adz-Dzariyat : 56-58)
Allah Ta’ala memiliki hak atas hamba-Nya agar mereka selalu ingat kepada-Nya dan tidak melupakan-Nya. Agar mereka mentauhidkan-Nya sehingga tidak menyembah sesuatu pun selain-Nya. Serta agar mereka mengikhlaskan agama dan ibadahnya kepada-Nya semata sebagai pelaksanaan dari firman Allah Ta’ala,
إِنَّا أَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ فَاعْبُدِ اللَّهَ مُخْلِصًا لَهُ الدِّينَ ؛ أَلَا لِلَّهِ الدِّينُ الْخَالِصُ
”Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari kesyirikan).” (QS. Az-Zumar : 2-3)
Inilah hak Allah Ta’ala atas hamba-hambaNya, sehingga para Rasul diutus dan kitab-kitab diturunkan. Hal ini sebagaimana firman Allah Ta’ala,
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
”Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), ’Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thaghut.’” (QS. An-Nahl : 36)
Allah Ta’ala juga berfirman,
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ
”Dan Kami tidaklah mengutus seorang rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya, ’Bahwasannya tidak ada sesembahan (yang benar) melainkan Aku, maka sembahlah Aku.’” (QS. Al-Anbiyaa’ : 25)
Tauhid itu sama dengan Islam secara umum
Tauhid merupakan sesuatu yang telah disepakati oleh semua rasul. Inilah Islam, dimana Allah Ta’ala tidak menerima selain Islam dari siapa saja. Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ
”Sesungguhnya agama di sisi Allah hanyalah Islam.” (QS. Ali Imran : 19)
Yang dimaksud dengan Islam dalam ayat ini adalah tauhid yang bersih dan terbebas dari kotoran kesyirikan yang menodai kemurnian dan keikhlasannya.
Allah Ta’ala juga berfirman,
Allah Ta’ala juga berfirman,
وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
”Barangsiapa yang mencari agama selain Islam, maka tidak akan diterima darinya. Dan di akhirat nanti, dia termasuk ke dalam golongan orang-orang yang merugi.” (QS. Ali Imran : 85)
Islam seperti ini tidaklah khusus bagi umat Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Bahkan seluruh umat yang diutus Rasul kepadanya, semuanya dituntut kepada Islam yang satu seperti ini. Inilah Islam dalam pengertian luas yang diperintahkan kepada seluruh makhluk.
Sesuai dengan firman Allah Ta’ala,
Sesuai dengan firman Allah Ta’ala,
إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ
”Sesungguhnya agama di sisi Allah hanyalah Islam.” (QS. Ali Imran : 19), maka Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa alaihimus salaam dan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallamsemuanya berada di atas Islam.
Islam yang disepakati oleh seluruh Rasul dan diperintahkan kepada seluruh umat manusia adalah, ”Berserah diri kepada Allah dengan bertauhid, tunduk patuh kepada-Nya dengan penuh ketaatan, serta berlepas diri dari kesyirikan dan para pelakunya”. Inilah bentuk berserah diri yang bermanfaat bagi seorang hamba. Inilah bentuk berserah diri dan Islam yang diperintahkan kepada seluruh makhluk dari golongan jin dan manusia.
Tauhid memiliki keutamaan yang sangat banyak
Tauhid memiliki keutamaan yang besar bagi pemiliknya, yaitu orang-orang yang mengamalkannya dengan konsisten di dunia dan di akhirat. Jiwa itu mempunyai sifat tertarik untuk mendengar dan mengetahui keutamaan sesuatu. Karena terkadang dia menyangka bahwa keutamaan dari sesuatu itu hanya satu dan tidak berbilang. Ketika keutamaannya banyak, maka akan semakin banyak pula sisi ketertarikannya terhadap sesuatu tersebut. Dia akan perhatian kepadanya, bersemangat mendapatkannya, dan menjelaskan kepada manusia tentang keutamaan yang akan mereka dapatkan kalau memegang teguh tauhid ini.
Oleh karena itu, di dalam Kitab Tauhid karya Syaikh Al Mujaddid Muhammad At-Tamimy rahimahullah, yang dijadikan sebagai bab pertama adalah, ”Bab Keutamaan Tauhid dan Pengampunannya terhadap Dosa”. Mengapa demikian? Karena jika seorang hamba memahami keutamaan, pengaruh dan kebaikan yang ditimbulkan oleh tauhid bagi dirinya sendiri dan manusia secara umum di dunia dan di akhirat, maka jiwa manusia akan tertarik. Keinginannya untuk mengenal tauhid dan meninggalkan lawannya (yaitu syirik) menjadi meningkat. Karena dengan lawannya (yaitu syirik), maka hilanglah keutamaan, pengaruh dan kebaikan dari tauhid ini.
Tema pembahasan kali ini adalah, ”Keutamaan Tauhid dan Pengampunannya terhadap Dosa”. Pengampunan terhadap dosa adalah salah satu pengaruh dari tauhid. Oleh karena itu, keutamaannya tidak dibatasi pada hal itu saja. Allah Ta’ala telah memberikan nikmat kepada hamba-hambaNya dengan menjelaskan tauhid ini kepada mereka. Serta menjelaskan kepada mereka bahwa dosa-dosa dan kesalahan ahli tauhid akan diampuni. Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ
”Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik dan mengampuni dosa yang tingkatannya lebih rendah dari syirik bagi siapa saja yang Dia kehendaki.” (QS. An-Nisa’ : 48)
Dosa selain syirik akan diampuni oleh Allah Ta’ala bagi siapa saja dari hamba-hambaNya yang Dia kehendaki.
[Bersambung]
***
@Jogjakarta, 24 Jumadil awwal 1440/ 30 Januari 2018
Penerjemah: M. Saifudin Hakim
Artikel: Muslim.or.id
Baca selengkapnya https://muslim.or.id/45905-tauhid-sebagai-sebab-penggugur-dosa-bag-1.html