Jangan lupa bagikan jika bermanfaat

Selasa, 25 Oktober 2016

TUJUAN HAKIKI MENUNTUT ILMU

TUJUAN HAKIKI MENUNTUT ILMU


Oleh: Abu Mujahidah al-Ghifari, Lc

Saudara kaum muslimin rohimakumulloh.. Menuntut ilmu agama untuk menghilangkan kejahilan diri sendiri dan orang lain merupakan jalan yang mulia lagi praktis meraih surga

sebagaimana sabda Rasululloh alaihisolatu wasasalam:

 ﻣَﻦْ ﺳَﻠَﻚَ ﻃَﺮِﻳْﻘًﺎ ﻳَﻠْﺘَﻤِﺲُ ﻓِﻴْﻪِ ﻋِﻠْﻤًﺎ، ﺳَﻬَّﻞَ ﺍﻟﻠﻪُ ﻟَﻪُ ﺑِﻪِ ﻃَﺮِﻳْﻘًﺎ ﺇِﻟﻰَ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ

“Barangsiapa yang menmpuh suatu jalan untuk menuntut ilmu maka Allah akan memudahkan baginya dengan hal itu jalan menuju surga.” (H.R Muslim no:2699)

karena memang dengan ilmulah sesorang akan beribadah kepada Allah dengan baik dan benar dan inilh yang membedakan dengan orang yang tidak memiliki ilmu:

 ﻗُﻞْ ﻫَﻞْ ﻳَﺴْﺘَﻮِﻱ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻳَﻌْﻠَﻤُﻮﻥَ ﻭَﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻟَﺎ ﻳَﻌْﻠَﻤُﻮﻥَ ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﻳَﺘَﺬَﻛَّﺮُ ﺃُﻭﻟُﻮ ﺍﻟْﺄَﻟْﺒَﺎﺏِ

Artinya:" Katakanlah: "Adakah sama orang- orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakal-lah yang dapat menerima pelajaran." (QS. Az-Zumar 9)

Oleh karena itu maka drajat orang-orang yang beriman lagi memiliki ilmu lebih tinggi derajatnya dari orang beriman namun tidak berilmu sebagaimana dalam Alqur’an:

ﻳَﺮْﻓَﻊِ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺁﻣَﻨُﻮﺍ ﻣِﻨْﻜُﻢْ ﻭَﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺃُﻭﺗُﻮﺍ ﺍﻟْﻌِﻠْﻢَ ﺩَﺭَﺟَﺎﺕٍ ﻭَﺍﻟﻠَّﻪُ ﺑِﻤَﺎ ﺗَﻌْﻤَﻠُﻮﻥَ ﺧَﺒِﻴﺮٌ

Artinya:" Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. " (QS. Al-Mujadalah 11)

Ibnu Abbas radhiallohu’anhu berkata: Bagi seorang ulama memiliki derajat di atas orang mukmin dengan 700 derajat yang mana diantara dua derajat sejauh perjalanan selama lima ratus tahun.

Saudara kaum muslimin rohimakumulloh.. Rasulullah alaihisolatu wasasalam bersabda:

 ﻣَﻦْ ﻳُﺮِﺩِ ﺍﻟﻠﻪُ ﺑِﻪِ ﺧَﻴْﺮًﺍ ﻳُﻔَﻘِّﻬْﻪُ ﻓِﻲ ﺍﻟﺪِّﻳْﻦِ, ﻭَﺇِﻧَّﻤَﺎ ﺍْﻟﻌِﻠْﻢُ ﺑِﺎﻟﺘَّﻌَﻠُّﻢِ

“Barangsiapa yang Allah inginkan kebaikan padanya maka dia akan memahamkannya dalam hal agama dan sesungguhnya ilmu itu (diperoleh) dengan cara belajar.” (H.R Albukhori)

diantara mutiara faidah dari hadits ini adalah bahwa tingkat pemahaman seseorang akan dienullah tergantung tingkat kebaikan yang Allah kehendaki atas seorang hamba dan inilah warisan Rasulullah terhadap ummatnya:

 ﺇِﻥَّ ﺍﻟْﻌُﻠَﻤَﺎﺀَ ﻭَﺭَﺛَﺔُ ﺍﻷَﻧْﺒِﻴَﺎﺀِ، ﺇِﻥَّ ﺍﻷَﻧْﺒِﻴَﺎﺀَ ﻟَﻢْ ﻳُﻮَﺭِّﺛُﻮﺍ ﺩِﻳﻨَﺎﺭًﺍ ﻭَﻻَ ﺩِﺭْﻫَﻤًﺎ، ﻭَﺃَﻭْﺭَﺛُﻮﺍ ﺍﻟْﻌِﻠْﻢَ، ﻓَﻤَﻦْ ﺃَﺧَﺬَﻩُ ﺃَﺧَﺬَ ﺑِﺤَﻆٍّ ﻭَﺍﻓِﺮ

 “Sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham melainkan mereka mewariskan ilmu dan barangsiapa yang mengambilnya niscaya ia telah mengambilnya dengan bagian yang banyak.” (H.R. Ahmad dan lain-lain)

Saudara kaum muslimin rohimakumulloh.. Bukankah kita diciptakan untuk beribadah? Ketahuilah bahwa ilmu itu sendiri adalah ibadah, sebagaimana dikatakan oleh sebagian ulama :

”ilmu itu adalah shalat secara rahasia dan ibadah hati.”

Karenanya inti dari sebuah ilmu adalah rasa takut kepada Allah ta’ala sebagaimana dikatakan oleh imam Ahmad :

”inti ilmu adalah rasa takut kepada Allah ta’ala.”

Perkataan yang indah ini seiring dengan kalamullah:

 ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﻳَﺨْﺸَﻰ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻣِﻦْ ﻋِﺒَﺎﺩِﻩِ ﺍﻟْﻌُﻠَﻤَﺎﺀُ

{sesunguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama Q.S faatir 28}

Ikhlaskanlah dirimu dalam menuntut ilmu agar ilmu yang kau raih bermanfaat dan berkah bagi dirimu sendiri khususnya dan umumnya bagi ummatmu, Imam Ahmad berkata:

“ ilmu itu sesuatu yang tiada bandingnya bagi orang yang niatnya benar.”

Bagaimanakah benar niatnya itu wahai Abu Abdillah? Tanya orang-orang kepada beliau , maka beliau menjawab :

” yaitu berniat untuk menghilangkan kebodohan dari dirinya dan orang lain.”

Saudara kaum muslimin rohimakumulloh.. Ingatlah bahwa menuntut ilmu adalah untuk kau amalkan terlebih dahulu karena tidak mengamalkan ilmu merupakan penyebab utama hilangnya keberkahan ilmu, Ibnu mas'ud radhiallohu 'anhu berkata:

"Dahulu salah seorang dari kami jika telah mempelajari sepuluh ayat, ia tidak akan pindah dari ayat-ayat tersebut kecuali setelah mengetahui maknanya dan mengamalkannya."

Adapun seorang penuntut ilmu yang tidak mengamalkan ilmunya sesungguhnya ia seperti orang-orang yahudi yang telah mendapatkan murka Allah ta'ala dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas ilmunya dan Allah benar-benar mencela orang seperti ini seraya berfirman:

 ﻛَﺒُﺮَ ﻣَﻘْﺘًﺎ ﻋِﻨْﺪَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺃَﻥْ ﺗَﻘُﻮﻟُﻮﺍ ﻣَﺎ ﻟَﺎ ﺗَﻔْﻌَﻠُﻮﻥَ

“Amat besar kebencian Allah bahwa kamu mengatakan apa saja yang tidak kau kerjakan.”( Q.S. asshaf 3)

Ayat ini merupakan ancaman berat bagi orang yang tidak mengamalkan ilmunya, dikatakan oleh beberapa ulama bahwa:

" Seseorang yang memiliki ilmu dan tidak mengamalkan ilmunya akan di adzab sebelum para penyembah berhala."

Inilah kerugian besar dan bahkan ia tidak akan mendapatkan keberkahan ilmu dan juga ia akan lupa akan ilmunya, adapun orang-orang yang mengamalkan ilmunya maka Allah akan menambahkan petunjuk baginya sebagaimana dalam firman-Nya:

 ﻭَﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺍﻫْﺘَﺪَﻭْﺍ ﺯَﺍﺩَﻫُﻢْ ﻫُﺪًﻯ ﻭَﺁﺗَﺎﻫُﻢْ ﺗَﻘْﻮَﺍﻫُﻢْ

{Dan orang-orang yang mendapatkan petunjuk, Allah akan menambah petunjuk bagi mereka. Q.S. Muhammad 17}

bahkan lebih dari itu bagi orang- orang yang mengamalkan ilmunya seraya bertaqwa kepada Allah ta'ala niscaya Allah ta'ala akan menambahkan ilmu padanya sebagaimana dalam firman-Nya:

ﻭَﺍﺗَّﻘُﻮﺍ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻭَﻳُﻌَﻠِّﻤُﻜُﻢُ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻭَﺍﻟﻠَّﻪُ ﺑِﻜُﻞِّ ﺷَﻲْﺀٍ ﻋَﻠِﻴﻢٌ

"Dan bertaqwalah kepada Allah niscaya Allah akan mengajarkanmu, dan Allsh akan mengetahui segala sesuatu." (Q.S Albaqoroh 282)

Saudara kaum muslimin rohimakumulloh.. Harus disadari bahwa hakikat belajar adalah merubah diri sendiri agar menjadi lebih baik, maka celakalah bagi orang yang menuntut ilmu namum tidak mau merubah dirinya dengan ilmu tersebut menjadi lebih baik karena ini akan menjadi hujjah di hari akhir nanti,

Saudaraku… jangan kau jadikan niatmu dalam menuntut ilmu untuk merubah orang lain terlebih dahulu tapi dahulukan dirimu sendiri agar kau menjadi orang yang mulia.

Mengamalkan ilmu merupakan zakat dari ilmu itu sendiri sebagaimana yang pernah dikatakan oleh Bisr alhafi rahimahulloh :

" Tunaikan zakat hadits, (caranya) amalkan dari setiap dua ratus hadits lima hadits."

Di sisi lain sahabat Ali bin abi thalib radhiallohu 'anhu berkata:

" Ilmu itu di panggil dengan mengamalkan, bila dipanggil ia akan menjawab dan jika tidak maka akan pergi. (H.R Ibnu abdil bar.")

 Saudara kaum muslimin rohimakumulloh.. Inilah tujuan hakiki menuntut ilmu, yaitu: mengamalkannya dalam kehidupan, bukan untuk disombongkan ataupun untuk membodohi kaum muslimin dan juga bukan untuk meraih fatamorgana dunia melainkan untuk mengharapkan ridho Allah ta'ala tentunya dengan mengamalkan ilmu tersebut agar meraih ridho illahi, Rasulullah alaihisolatu wassalam memperingkatkan ummatnya dalam masalah ini seraya bersabda

“barangsiapa yang mempelajarai suatu ilmu yang sepantasnya dengan ilmu tersebut untuk mencari ridho Allah namun ternyata untuk memperoleh kemewahan duniawi niscaya ia tidak akan mencium baunya surga nanti di hari kiamat kelak.” (H.R Ibnu majah dengan sanad yang shahih dan Ahmad)

Saudaraku… Sucikan niatmu dalam mencari ilmu agar ia tidak menjadi bumerang dan musibah dalam hidupmu didunia dan akherat, jadikan semangatmu dalam menuntut ilmu adalah untuk diamalkan dan bukan untuk banyaknya hafalan tanpa amal, Ibrahim al-kahawas rahimahulloh berkata:

" Bukannya ilmu dengan banyaknya meriwayatkan hadits karena sesungguhnya orang yang berilmu adalah orang yang mengikuti dan mengamalkan ilmunya serta mengikuti sunah- sunah walaupun ia hanya memilki sedikit ilmu."

Dalam Kitab 'Al'itisom Sufyan atsauri rahimahulloh berkata:

" Ilmu memanggil untuk beramal, apabila panggilan tersebut dipenuhi maka kekallah ilmu, bila tidak maka ilmupun akan lenyap."

Saudaraku… Jelaslah sudah bahwa hakikat menuntut ilmu adalah untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari dan hendaklah kau takut dengan banyaknya ilmu yang kau miliki sedang kau tidak mengamalkannya sebagimana yang dikatakan oleh sahabat rasul Abu darda radhiallohu 'anhu :

" Sungguh sesuatu yang paling saya takutkan saat saya berdiri pada hari perhitungan jika dikatakan: kamu sudah mengetahui maka apa yang sudah kau amalkan terhadap apa yang sudah kau ketahui.” (H.R Addarimi)

Saudara kaum muslimin rohimakumulloh.. Imam jalaludin assuyuti rahimahullah menuliskan perkataan para ulama dalam kitabnya tadriburowi tentang pentingnya mengamalkan ilmu yang sudah dipelajari, diantaranya perkataan imam Amr bin qois rahimahulloh :

"jika telah sampai padamu suatu kebaikan maka amalkanlah walau hanya sekali."

Imam waqi’ rahimahulloh juga berkata :

"Jika engkau handak menghafal hadits maka amalkanlah walau hanya sekali."

Perkataan beliau juga seiring dengan perkataan Imam ibrahim bin ismail:

" kami memperkuat hafalan hadits dengan mengamalkannya."

Imam ahmad bin hambal rahimahulloh juga berkata:

" Tidaklah saya menuliskan satu hadits kecuali saya telah mengamalkannya hingga suatu saat saya mendapatkaan satu hadits bahwa nabi alaihisolatu wassalam berbekam dan memberikan abu thoyibah (tukang bekam) satu dinar maka sayapun berbekam dan memberikan tukan bekam satu dinar."

Saudaraku, Demikianlah ulama-ulama kita mengamalkan ilmu yang mereka pelajari hingga merekapun menjadi orang-orang yang mulia dan sejarahpun mencatat mereka sebagai penuntut ilmu sejati karena mereka benar-benar mengamalkan ilmu yang mereka pelajari, Allah ta'ala berfirman:

ﻭَﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺟَﺎﻫَﺪُﻭﺍ ﻓِﻴﻨَﺎ ﻟَﻨَﻬْﺪِﻳَﻨَّﻬُﻢْ ﺳُﺒُﻠَﻨَﺎ ﻭَﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻟَﻤَﻊَ ﺍﻟْﻤُﺤْﺴِﻨِﻴﻦَ

"Dan orang-orang yang berjihad/ bersungguh- sungguh (mencari keridhoan kami), benar-benar akan kami tunjukan kepada mereka jalan-jalan kami, dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik." (Q.S. Alankabut 69)

Saudaraku, ayat ini adalah janji Alloh ta'ala kepadamu jika kamu bersungguh- sungguh hendak menuntut dan mengamalkan ilmu niscaya Allah ta'ala akan memudahkanmu meraih keberkahan ilmu.

Saudara kaum muslimin rohimakumulloh, Kemuliaan di dunia dan akherat akan kau capai jika kau benar-benar mengamalkan ilmu yang kau miliki, hiasi dirimu dengan amal shaleh, latih dirimu sejak dini untuk menjadi orang-orang yang bersegera dalam mengamalkan kebaikan, sebab dengan demikianlah kau akan meraih keberkahaan ilmu dan semakin kau mengamalkan ilmu maka kaupun semakin takut kepada Allah ta'ala dengan menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya dan inilah inti dari sebuah ilmu, Imam suyuti rahimahulloh berkata:

" sesungguhnya orang faqih (mengerti) adalah orang yang menjaga diri dari apa-apa yang Allah haramkan, dan orang yang berilmu adalah orang yang takut kepada Allah"

Saudaraku.. inilah ilmu yang sebenarnya yang menjadikanmu semakin takut kepada Allah ta'ala. Demikianlah goresan pena dari saudaramu yang sangat berharap semoga kita semua menjadi penutut ilmu sejati dengan mengamalkan setiap ilmu yang kita pelajari dan berdoalah sebagaimana rasul kita berdo'a

"Ya Allah.. sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, hati yang tidak khusu', jiwa yang tidak merasa puas dan dari doa yang tidak dikabulkan." (H.R. Muslim, Annasai, Ahmad dan atabrani)

Share:

Rabu, 05 Oktober 2016

TAUHID, PRIORITAS PERTAMA DAN UTAMA

TAUHID, PRIORITAS PERTAMA DAN UTAMA (AT-TAUHID AWWALAN YA DU’ATAL ISLAM)


Oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani

Mukaddimah

Segala puji bagi Allah, kami memujiNya, memohon pertolongan, hidayah, dan ampunanNya, serta kami berlindung kepada Allah dari kejahatan diri-diri kami dan keburukan amal-amal kami. Barangsiapa yang diberi hidayah oleh Allah, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya. Dan barangsiapa yang disesatkan oleh Allah, maka tidak ada yang dapat memberinya hidayah. Aku bersaksi bahwasanya tidak ada Ilah yang berhak diibadahi kecuali Allah saja, tidak ada sekutu bagiNya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan RasulNya.

 ﻳَﺎ ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺁﻣَﻨُﻮﺍ ﺍﺗَّﻘُﻮﺍ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﺣَﻖَّ ﺗُﻘَﺎﺗِﻪِ ﻭَﻟَﺎ ﺗَﻤُﻮﺗُﻦَّ ﺇِﻟَّﺎ ﻭَﺃَﻧْﺘُﻢْ ﻣُﺴْﻠِﻤُﻮﻥَ

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa, dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. [Ali Imran/3: 102]

 ﻳَﺎ ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟﻨَّﺎﺱُ ﺍﺗَّﻘُﻮﺍ ﺭَﺑَّﻜُﻢُ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﺧَﻠَﻘَﻜُﻢْ ﻣِﻦْ ﻧَﻔْﺲٍ ﻭَﺍﺣِﺪَﺓٍ ﻭَﺧَﻠَﻖَ ﻣِﻨْﻬَﺎ ﺯَﻭْﺟَﻬَﺎ ﻭَﺑَﺚَّ ﻣِﻨْﻬُﻤَﺎ ﺭِﺟَﺎﻟًﺎ ﻛَﺜِﻴﺮًﺍ ﻭَﻧِﺴَﺎﺀً ۚ ﻭَﺍﺗَّﻘُﻮﺍ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﺗَﺴَﺎﺀَﻟُﻮﻥَ ﺑِﻪِ ﻭَﺍﻟْﺄَﺭْﺣَﺎﻡَ ۚ ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻛَﺎﻥَ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﺭَﻗِﻴﺒًﺎ

Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Rabb-mu yang telah menciptakanmu dari diri yang satu, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.[an- Nisa/4: 1]

ﻳَﺎ ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺁﻣَﻨُﻮﺍ ﺍﺗَّﻘُﻮﺍ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻭَﻗُﻮﻟُﻮﺍ ﻗَﻮْﻟًﺎ ﺳَﺪِﻳﺪًﺍ﴿ ٧٠﴾ﻳُﺼْﻠِﺢْ ﻟَﻜُﻢْ ﺃَﻋْﻤَﺎﻟَﻜُﻢْ ﻭَﻳَﻐْﻔِﺮْ ﻟَﻜُﻢْ ﺫُﻧُﻮﺑَﻜُﻢْ ۗ ﻭَﻣَﻦْ ﻳُﻄِﻊِ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻭَﺭَﺳُﻮﻟَﻪُ ﻓَﻘَﺪْ ﻓَﺎﺯَ ﻓَﻮْﺯًﺍ ﻋَﻈِﻴﻤًﺎ

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah, dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.[al-Ahzab/33 : 70-71]

Wa ba’du.

Ini adalah risalah [1] yang sangat besar manfaat dan faidahnya baik bagi orang awam maupun kaum intelektual karena di dalamnya memuat jawaban dari seorang alim ulama masa kini yaitu Syaikh Muhamad Nashiruddin Al-Albani –semoga Allah merahmatinya dan memberi (kita) manfaat dengan ilmunya-.

Dalam risalah ini beliau menjawab suatu pertanyaan yang berkembang di kalangan orang-orang yang memiliki ghirah (semangat) terhadap agama Islam, mereka resah siang dan malam memikirkan pertanyaan ini dan hati mereka pun dibuat sibuk dengannya, inti pertanyaannya adalah :

 “Apa jalan yang harus ditempuh untuk mencapai kebangkitan kaum muslimin? Dan jalan apa yang harus ditempuh oleh mereka sehingga Allah memberikan kekuasaan kepada mereka serta menempatkan mereka pada suatu kedudukan yang layak diantara umat-umat yang lain?

Maka Al-Allamah Al-Albani –semoga Allah memberi (kita) manfaat dengan ilmunya- menjawab pertanyaan ini dengan tuntas dan jelas, karena dirasakan bahwa umat sangat membutuhkan jawaban ini, maka kami memandang perlu menyebarluaskannya.

Saya memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala semoga risalah ini bermanfaat dan semoga Allah memberi hidayah kepada kaum muslimin menuju apa-apa yang dicintai dan diridhaiNya. Sesungguhnya Dia Maha Dermawan dan Maha Mulia.

Darul Hadyi An-Nabawi Pertanyaan Syaikh yang mulia, tidak ragu lagi bahwa Anda mengetahui tentang kenyataan pahit yang dialami umat Islam sekarang ini berupa kebodohan dalam masalah aqidah dan masalah-masalah keyakinan lainnya, serta perpecahan dalam metodologi pemahaman dan pengamalan Islam. Apalagi sekarang ini penyebaran da’wah Islam di berbagai belahan bumi tidak lagi sesuai dengan aqidah dan manhaj generasi pertama yang telah mampu melahirkan generasi terbaik. Tidak ragu lagi bahwa kenyataan yang menyakitkan ini telah membangkitkan ghirah (semangat) orang-orang yang ikhlas dan berkeinginan untuk mengubahnya serta untuk memperbaiki kerusakan.

Hanya saja mereka berbeda-beda cara dalam memperbaiki fenomena tersebut, disebabkan karena perbedaan pemahaman aqidah dan manhaj mereka -sebagaimana yang Anda ketahui- dengan munculnya berbagai gerakan dan jama’ah-jama’ah Islam Hizbiyyah yang mengaku telah memperbaiki umat Islam selama berpuluh-puluh tahun, tetapi bersamaan itu mereka belum berhasil, bahkan gerakan-gerakan tersebut menyebabkan umat terjerumus ke dalam fitnah-fitnah dan ditimpa musibah yang besar, karena manhaj-manhaj mereka dan aqidah-qaidah mereka menyelisihi perintah Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan apa- apa yang dibawa oleh beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dimana hal ini meninggalkan dampak yang besar berupa kebingungan kaum muslimin dan khususnya para pemudanya dalam solusi mengatasi kenyataan pahit ini.

Seorang da’i muslim yang berpegang teguh dengan manhaj nubuwwah dan mengikuti jalan orang-orang yang beriman serta mencontoh pemahaman para sahabat dan tabi’in dengan baik dari kalangan ulama Islam merasa bahwa dia sedang memikul amanat yang sangat besar dalam menghadapi kenyataan ini dan dalam memperbaikinya atau ikut berperan serta dalam menyelesaikannya.

Maka apa nasehat Anda bagi para pengikut gerakan-gerakan dan jama’ah-jama’ah tersebut .? Dan apa solusi yang bermanfaat dan mengena dalam menyelesaikan kenyataan ini .? Serta bagaimana seorang muslim dapat terbebas dari tanggung jawab ini di hadapan Allah Azza wa Jalla nanti pada hari Kiamat .?

Jawaban.

Terbagi dalam beberapa pembahasan yaitu :

1. Wajib Memberikan Perhatian Kepada Tauhid Terlebih Dahulu Sebagaimana Metode Para Nabi Dan Rasul Alaihimussalam

2. Mayoritas Kaum Muslimin Sekarang Ini Tidak Memahami Makna Laa Ilaaha Illallah Dengan Pemahaman Yang Baik

3. Kewajiban Memberikan Perhatian Kepada Aqidah Tidak Berarti Melalaikan Syariat Yang Lainnya Berupa Ibadah, Akhlak Dan Muamalah

4. Penjelasan Tentang Ketidak Jelasan Aqidah Yang Benar Dan Konsekuensi- Konsekuensi Dalam Benak Kebanyakan Orang.

5. Da’wah Mengajak Kepada Aqidah Yang Shahih Membutuhkan Usaha Yang Sungguh- Sungguh Dan Berkelanjutan.

6. Asas Perubahan Kepada Perbaikan Adalah Manhaj Tashfiyah Dan Tarbiyah.

7. Siapa Yang Berhak berpolitik? Dan Kapan?

8. Wajib Atas Setiap Muslim Untuk Menerapkan Hukum Allah Dalam Segala Aspek Kehidupannya Sesuai Dengan Kemampuannya.

[Disalin dari buku At-Tauhid Awwalan Ya Du’atal Islam, edisi Indonesia TAUHID, Prioritas Pertama dan Utama, oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani, Penerjemah Fariq Gasim Anuz, Murajaah Zainal Abidin, Penerbit Darul Haq – Jakarta]

_______

Footnote [1]. Risalah ini aslinya berasal dari kaset yang direkam, kemudian ditulis dan diterbitkan oleh Majalah As-Salafiyah No. 4 Th.1419H

Share:

Label