Senjaku hari ini kenapa warnamu berubah? Knp? Apa yang terjadi denganmu dan knp kau tunjukkan warna murung padaku, cobalah beri aku alasan supaya aku bisa lebih mengarti tentaangmu. Ah yang benar saja
, bukankah senja itu selalu cantik, dan slalu menunjukkan warnanya yang terindah. Namun langit biru pudar di belakangnya seringkali lebih menarik bagi mataku. Biru seperti noda memar dan sakit yang luas menghiasi. Sedangkan senja malah jadi hilang keindahannya, jika dilihat dari pandangan yang lebih lebar. Senjaku berwarna biru. Keindahan di langit memarku yang sakit akibat selalu sedih dan kecewa, kau yang tak pernah menemukan aku yang selalu menantikan.
Ada satu kenyataan perih yang ingin sekali aku acuhkan setiap kali menatap langit di kala senja. Jadi begini, setiap kali ku menatap jingganya, aku selalu berharap senja akan membawa rasaku padamu tenggelam dan pergi. Namun kenyataannya, setiap kali aku menatapnya, setiap kali itu juga aku menyadari bahwa rasa itu belum pergi.
Aku masih mencintaimu. Aku menatap senja. Dan aku masih mencintaimu. Begitu seterusnya.. Sinar mentari yang tersibak dari balik tirai langit di senja hari juga selalu mengingatkanku akan kata-katamu dulu untukku. Kamu bilang aku hanya perlu belajar mendewasakan egoku. Aku juga harus berusaha untuk mendewasakan pemikiranku, memantapkan langkahku suatu saat untuk datang menjemputmu.
Mungkin senja bagiku rasanya tak akan terlalu perih, jika saja memang kamu benar-benar menungguku disana. Mempersiapkan semuanya untukku. Seperti aku. Aku benar-benar berjuang di sini. Aku terus menerus berkaca dan memperbaiki diri. Tidak hanya diri. Tapi juga jiwa, ego, semuanya.
Sekali lagi, senja tak akan terasa perih jika memang kamu benar-benar sedang merindukanku disana. Tetapi semilir angin senja tak pernah alpa menyadarkanku, bahwa kamu memang sedang merindu. Tapi untuknya, untuk sosok di hatimu itu. Bukan untukku. Sejauh ini, aku selalu berusaha untuk berjalan sekuatku, juga berlari semampuku. Aku mencoba mengenyahkan segala rasa perih dan tak percaya akan kenyataan itu.
Aku percaya, bahwa janjimu dulu masih ada. Aku yakin, suatu saat janjimu akan menjadi nyata. Lalu, aku pun tetap melewati senja. Dengan senyuman hangat penuh harapan. Kembali memperbaiki diri. Kembali menanti. Kembali mencintai.
Ada saat dimana aku sesekali ingin menarikmu kesini, ke dalam diriku. Hingga kamu dapat merasakan betapa menatapmu lama-lama terkadang menjadi selipan anugerah tetapi juga terkadang menjadi terjangan musibah. Seperti senja hari itu, aku dapat menatapmu lekat-lekat dari dekat dan kamu tersenyum. Sayangnya, aku tak menemukan alasan senyummu itu tercipta karena aku. Ah, coba kamu rasakan. Bagaimana jika kamu menjadi aku.
Aku sudah melewati ratusan senja dan aku masih mencintai orang yang tak pernah lagi tersenyum untukku.. Semilir angin tiba-tiba membuyarkan lamunanku tentangmu. Sejuknya membuatku sadar, bahwa ternyata tak hanya tatapanmu saja yang dapat menyejukkanku. Senja, ternyata juga punya sepoi angin yang seketika dapat menyejukkan kalbu. Senja, ternyata punya sepoi angin yang seketika dapat membuatku rindu. Hei, ternyata hanya aku saja yang selama ini belum menyadarinya.
Aku saja yang terlalu fokus pada rasaku untukmu hingga lupa bahwa sebenarnya ada banyak rasa yang ditebar senja padaku. Dan aku selalu lupa untuk sejenak merasakannya. Damainya, sejuknya, lembutnya. Senja selalu datang padaku dengan harapan-harapan baru. Hanya saja akulah yang ternyata masih saja enggan menyadarinya. Aku masih terkungkung pada imajinasi, seakan-akan aku masih berada pada senja-senja yang dulu. Ketika masih ada kamu di setiap senjaku. Aku masih terpaku pada harapan-harapan tentangmu, seakan-akan aku masih bisa menjumpaimu di setiap senjaku.
Jadi sekarang, aku tak ingin lagi mengecewakan senjaku. Aku akan membuat berjuta harapan baru seperti senja yang selalu menumpahkan warna jingga di langit biruku. Dan tentu saja, harapan baruku bukan hanya kamu. Iya, memang benar, aku tak akan bisa dengan mudah mengenyahkanmu dari benakku. Tetapi paling tidak, aku tak akan membuatmu istimewa melebihi senjaku. Aku tak akan lagi berharap senjaku akan membawa rasaku padamu tenggelam dan pergi.
Biar saja rasa itu tertinggal, jika memang masih ingin tertinggal. Aku yakin, waktu sebenarnya ingin sekali mengenyahkan. Hanya saja selama ini aku tak merelakan.
Aku hanya berharap akan ada seseorang yang dapat membuat senjaku lebih bermakna kembali. Lebih terasa sejuknya, damainya, lembutnya. Bukan kamu pun tak apa. Cahaya senja benar-benar telah berhasil membuka mataku saat ini. Untuk membangunkanku dari mimpi- mimpi lama. Dan untuk menyadarkanku. Bahwa ternyata melelahkan, memperjuangkan 'kita' sendirian.
Lebih banyak KLIK DISINI
0 Comments:
Posting Komentar